Laman

Minggu, 08 April 2012

Maaf, Tolong dan Terima Kasih





Orang pernah bilang, “Dont judge the books from its cover!”.
Wajah sebuah buku adalah sampulnya, tapi menilai isi buku hanya dengan melihat sampulnya saja tentu bermasalah. 
Begitupun kalau kita hanya menilai seseorang dari luarnya saja maka yang ada adalah penilaian semu, dan ini akan lebih bermasalah. 
Dikatakan bermasalah karena penilaian luar cenderung bersifat simbolisasi, sehingga semua itu membuat kita buta pada keindahan nilai dalam.

Buku ini yg mengInspirasiku, biarpun kecil bukunya, tpi makna & syarat isinya sangat Luar Biasa.
disaat sendiri diwaktu luangku sempatkan jjl ke toko buku Gramedia
Buku kecil ini yg pertama kali aku baca
bukan promosi tpi aku telah membuktikannya
Selamat Membaca....!!!!!


Ahlan Wa Sahlan! Kayfa haalukum? Semoga teman-teman selalu dalam kondisi sehat wal’afiat. Mari dikesempatan yang baik ini kita kaji tentang tiga kata sakti yang sering terlupakan oleh kita, yaitu “maaf”, “tolong” dan “terima kasih”. Ketiganya adalah kata-kata yang terlihat sederhana, namun sebenarnya memiliki arti yang sangat besar dan bermakna positif bagi siapa saja yang mendengarnya. Anehnya, meskipun tiga kata itu sangat bermakna positif, tapi mengapa sepertinya sangat sulit sekali ya keluar dari mulut kita?


Maaf
Manusia adalah tempatnya salah dan khilaf, seperti ungkapan terkenal “nobody’s perfect”. Dari mulai tukang becak sampai seorang presiden sekalipun pasti pernah berbuat kesalahan. Bahkan, Nabi Muhammad SAW, pemimpin terhebat dan terbesar sepanjang sejarah umat manusia, pernah melakukan kesalahan dan ditegur langsung oleh Allah SWT saat beliau memalingkan pandangan dari seorang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum yang ingin belajar tentang Islam.

Digambarkan saat itu Rasulullah berwajah masam dan memalingkan pandangan dari si buta karena sedang menjamu para pembesar suku Quraisy. Atas sikapnya ini, Allah SWT menegur beliau yang kemudian diabadikan di dalam Al-Qur’an surat ke 80, ‘Abasa. Inilah yang membedakan antara manusia biasa dengan seorang Nabi. Di saat seorang Nabi melakukan kesalahan, Sang Maha Pencipta-lah yang langsung memberikan teguran dengan cara-Nya.

Kalau seorang Nabi saja yang sebenarnya terjaga dari dosa melakukan kesalahan, bagaimana kita ini? Tapi kenapa tetap susah sekali untuk mengucapkan kata ”maaf”? Jawabannya adalah karena “maaf” membutuhkan keikhlasan yang luar biasa bagi yang mengucapkannya. Selain itu, banyak yang tidak mau mengucapkan karena anggapan salah selama ini yang menyatakan bahwa meminta maaf itu berbanding lurus dengan kekalahan, kelemahan dan ketidakberdayaan.

Padahal tidak seperti itu. Meminta maaf justru akan membuat kita semakin mulia, bukan hanya di sisi manusia namun juga di sisi Allah SWT. Di sisi manusia, meminta maaf akan menumbuhkan rasa kasih sayang di antara sesama. Jika orang yang meminta maaf tulus dan ikhlas, maka itu bisa dirasakan oleh orang yang dimintakan maaf, dan hal tersebut akan menyambung kembali tali silaturahmi diantara keduanya. Suatu permusuhan yang sudah sangat lama pun bisa selesai hanya jika salah satu pihak berinisiatif untuk meminta maaf. Hilangkan perasaan gengsi. Kalo mau gengsi-gengsian mending kelaut aja hehe…

Di sisi Allah SWT, orang yang meminta maaf tulus kepada orang lain akan dilihat oleh-Nya sebagai orang yang rendah hati dan tidak sombong. Kesombongan sering menjadi alasan mengapa kita tidak mau meminta maaf. Dari mulai sombong karena status sosial, harta, jabatan, pangkat, hingga karena merasa tidak bersalah. Kesombongan adalah sifatnya syaitan karena itulah sifat yang ditunjukkan pertama kalinya di saat dia tidak mau sujud kepada Nabi Adam.

Kesombongan dapat menghalangi seseorang untuk masuk ke dalam Surga, meskipun bentuk kesombongan itu teramat kecil. Rasulullah SAW bersabda,“Tidak masuk surga orang yang di dalam hati ada kesombongan meskipun hanya sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)

Meminta maaf dapat menghilangkan rasa sombong yang ada dalam hati karena membuat kita bisa menerima keadaan diri sebagai makhluk yang tidak mungkin luput dari kesalahan. Mengucapkan “maaf “tidak berarti kita mengakui kekalahan, melainkan membawa kemenangan karena mampu menguasai emosi kesombongan yang ada di dalam hati kita. ”Maaf” mengajarkan bahwa semua manusia adalah sama dan kebenaran adalah hak bagi siapa saja, tanpa terkecuali.


Tolong
Manusia itu diciptakan sebagai makhluk sosial. Maksudnya, kita tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Bahkan, sampai meninggal dunia pun kita masih membutuhkan bantuan, paling tidak 4 orang, untuk mengangkat jenazah kita dan dimasukkan ke dalam kubur. Setelah kita sadar dengan kenyataan tersebut, lalu mengapa kata “tolong” sangat sulit diucapkan ya? Apalagi, bagi orang-orang yang merasa memiliki kedudukan sosial yang tinggi.

Padahal, kedudukan sosial itu tidak berpengaruh apa-apa. Kedudukan sosial hanya dalam bidang pekerjaan, dan bukan dalam derajat manusia. Di antara sesama manusia itu tidak ada perbedaan status, kecuali tingkat ketakwaannya. Kata “tolong” membuat kita sadar akan keterbatasan dan kelemahan yang dimiliki. “Tolong” membuat kita lebih mampu untuk menerima diri sendiri secara apa adanya, dan melihat apa yang bisa dan tidak bisa kita lakukan.

Sebagian orang merasa tidak perlu meminta tolong karena menganggap orang yang kita perintahkan itu memang sedang mengerjakan kewajibannya. Saat seorang majikan meminta untuk memasak, mungkin sang majikan memang sudah menganggap bahwa tugas pembantu itu salah satunya ya memasak, jadi tidak perlu lagi menyuruhnya dengan embel-embel kata “tolong”.

Padahal hidup ini kan seperti roda. Kadang kita di atas, terkadang di bawah. Kadang kita meminta pertolongan orang lain, di saat lain orang lain akan meminta pertolongan kepada kita. Selain itu, cara meminta tolong pun menjadi penting. Coba posisikan diri kita di saat orang lain meminta pertolongan kepada kita tapi dengan cara yang tidak baik, atau bahkan mungkin menyuruh dengan kasar. Bagaimana perasaan kita? Pasti tidak suka kan? Kalo pun ada orang yang suka dikasarin berarti ada kelainan itu orang hehe

Sungguh indah jika kita terbiasa hidup dalam suasana saling tolong menolong, karena Islam sendiri telah mengajarkan budaya ini. Allah SWT berfirman, “…Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan…” (QS. Al-Maidah [5] : 2)

Ayah saya selalu mengajarkan jika ada seseorang meminta pertolongan dan saya dalam kapasitas mampu untuk menolongnya, maka wajib hukumnya untuk memberikan pertolongan. Beliau mengajarkan kepada saya untuk selalu memiliki sifat 3H’s: Honest, Humble dan Helpful. It is really true because“Honest is the best attitude, Humble is the best approach and Helpful is the best investment.”

Ya memang benar, menolong orang lain merupakan suatu investasi karena bisa saja suatu saat gantian kita yang akan membutuhkan pertolongan orang tersebut. Bukankah hidup ini seperti roda? Kadang kita berada di atas dan di lain waktu kita akan berada di bawah. Saat kita berada di atas, sebetulnya harus lebih sering lagi menolong orang lain karena ingat, bahwa sewaktu-waktu roda kehidupan bisa bergerak ke bawah. Tolong lah orang-orang yang membutuhkan bantuan dari kita. Apalagi, jika orang yang meminta pertolongan sedang dalam kondisi terzhalimi.

Seperti yang telah dijelaskan Rasulullah dalam haditsnya, “Tolonglah saudaramu yang menzhalimi dan yang terzhalimi.” Para sahabat pun bertanya, “Menolong yang terzhalimi memang kami lakukan, tapi bagaimana menolong orang yang berbuat zhalim?” Rasulullah menjawab, “Membantu mencegahnya dari terus menerus melakukan kezhaliman itu berarti engkau telah menolongnya”. (Bukhari dan Ahmad)


Terima Kasih
Ucapan “terima kasih” adalah salah satu bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT melalui perantara manusia. Syukur sendiri merupakan hal yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya, “Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”‘ (QS. Ibrahim [14] : 7)

Dalam ayat tersebut terdapat Allah SWT bahwa siapa saja yang bersyukur maka akan ditambahkan nikmat dan bagi siapa saja yang ingkar akan mendapat adzab. Sebenarnya, itu sama saja dengan hubungan kita kepada sesama manusia. Di saat kita mendapatkan bantuan / pertolongan dari orang lain, lalu kita menghargainya dengan mengucapkan “terima kasih” atas segala kebaikannya, maka bisa dipastikan orang itu akan merasa senang dan mau untuk menolong lagi di lain kesempatan.

Jangan pernah lupa untuk mengucapkan “terima kasih”, karena itu adalah penghargaan terhadap segala kebaikan yang telah diberikan oleh orang lain kepada kita. Namun sayangnya, kita sering sekali lupa untuk mengucap kata sakti ini. Bagi sebagian yang lain, “terima kasih” sangat sulit untuk diucapkan karena memang ucapan “terima kasih” membutuhkan ketulusan dari yang mengucapkannya.

Menurut sebuah riset, dalam menjalani hubungan dengan orang lain, ucapan “terima kasih” sekecil apapun dapat membuat suatu hubungan menjadi harmonis dan lebih baik. Baik itu dalam rumah tangga, pekerjaan, pernikahan, dan pacaran hehe.. Coba tanya dari pedagang gado-gado sampai pedagang berlian, pasti mereka senang jika dihargai, terlepas dari apapun profesinya. Hal ini bisa terjadi karena memang dasarnya manusia itu suka dihargai.

Saya pernah membaca buku bagus yang berjudul “The True Power of Water” karangan Dr. Masaru Emoto, seorang peneliti dari Jepang. Dalam buku itu dijelaskan bahwa air memiliki banyak keistimewaan. Salah satu yang fakta yang dipaparkan bahwa ternyata air bisa merekam pesan, seperti pita magnet atau compact disk. Air mampu untuk “mendengar” kata-kata, dapat “membaca” tulisan, dan bisa “mengerti” setiap pesan yang disampaikan.

Rasulullah pun ternyata sudah pernah menyampaikan hal tersebut dalam haditsnya, “Air zamzam akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya. Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan sembuh.” Setiap kata-kata dan perilaku positif yang dilakukan terhadap air, maka air akan merespons secara positif dan berbentuk indah. Tapi jika kata-kata kasar yang diucapkan, maka air akan berubah bentuk menjadi sangat buruk.

Dr. Emoto melakukan penelitian terhadap air menggunakan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi. Percobaan pertama saat air diucapkan kata “Arigato” yang artinya terima kasih, ternyata molekul air membentuk kristal segi enam yang sangat indah. Selanjutnya diucapkan kata “setan”, kristal berbentuk sangat buruk dan mengerikan. Kemudian air diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Tapi ketika musik heavy metal yang diperdengarkan, kristal tersebut langsung hancur. Subahanallah bukan?

Lalu apa hubungannya sama manusia? Tentu ada! Sekitar 75% kandungan dari tubuh manusia berupa air. Dalam setiap tubuh makhluk hidup, komposisi air pastilah yang paling banyak, dan itulah yang menciptakan kehidupan. Hal ini pun sudah dijelaskan di dalam Al-Qur’an, “…Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Q.S. Al-Anbiya [21] : 30)

Karena komposisi air terbanyak, ini berarti bahwa sifat-sifat yang ada dalam air tentunya akan ada juga dalam tubuh manusia. Coba saja buktikan dan bandingkan, saat kita mengucapkan kepada teman kita, “Terima kasih ya, semoga Allah SWT membalas kebaikan kamu.” Apa reaksi teman kita? Pasti senang dan hatinya berseri-seri. Apalagi kalo yang ngucapin itu TTM-nya, bisa ga tidur semaleman. Tapi apa jadinya jika kita mengucapkan, “Hi monyet, ambilin buku di meja situ dong! Cepetan ga pake lama!”, kira-kira apa reaksi teman kita? hehe…

Ya itulah manusia, fitrahnya adalah suci. Allah SWT memiliki sifat Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang dan Yang Maha Lembut. Maka Dia suka dengan kasih sayang dan kelembutan. Manusia yang merupakan ciptaan-Nya pun sudah pasti memiliki fitrah yang sama dengan Sang Pencipta. Manusia senang dengan kasih sayang dan kelembutan, hatinya akan menjadi tentram dan nyaman.


Ingat Selalu 3 Kata Sakti
Jangan pernah lupa untuk selalu membiasakan diri mengucapkan kata “maaf”, “tolong” dan “terima kasih” kepada siapapun karena kekuatan kata-kata tersebut sangat luar biasa. Bukan saja bagi yang mendengar, tapi juga bagi yang mengucapkan. Ketiga kata tersebut akan melatih kita untuk belajar menghargai orang lain. Dengan mampu menghargai orang lain, paling tidak kita telah menghargai diri kita sendiri.

ketiga kata tersebut sangat sakti dan bisa membangun hubungan yang istimewa antara satu manusia dengan manusia lainnya. Dengan sering melatih mengucapkannya, maka hubungan silaturahmi akan terbangun lebih baik lagi di antara manusia. Jika hubungan silaturahmi sudah terbangun dan terjaga, maka kita tinggal menunggu saja bonus dari Allah SWT.

Beberapa bonus dari bersilaturahmi diantaranya adalah panjang umur, keberkahan hidup, dosa-dosa diampuni hingga memperlancar rezeki. Cukup banyak hadits yang menjelaskan tentang hal ini, salah satunya, “Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung tali silaturahmi.” (HR. Muslim)

Akhirnya, saya mengucapkan “maaf” jika ada kesalahan dalam tulisan ini,“tolong” diamalkan apa yang saya sampaikan jika memang bermanfaat, dan“terima kasih” karena sudah berkenan membaca # 


Wallahu a’lam bishshawwab






Triwinsinus.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar