Laman

Rabu, 23 November 2011

Halaqah - Liqa

Halaqah adalah sebuah istilah yang ada hubungannya dengan  dunia pendidikan, khususnya pendidikan atau pengajaran Islam (tarbiyah Islamiyah) istilah halaqah (lingkaran) biasanya digunakan untuk menggambarkan sekelompok kecil muslim yang secara rutin mengkaji ajaran Islam. Jumlah peserta dalam kelompok kecil tersebut berkisar antara 3-12 orang. Mereka mengkaji Islam dengan minhaj (kurikulum) tertentu. Di beberapa kalangan, halaqah disebut juga dengan mentoring, ta'lim, pengajian kelompok, tarbiyah atau sebutan lainnya.

Halaqah adalah sekumpulan orang yang ingin mempelajari dan mengamalkan Islam secara serius. Biasanya mereka terbentuk karena kesadaran mereka sendiri untuk mempelajari dan mengamalkan Islam secara bersama-sama (amal jama'i) Kesadaran itu muncul setelah mereka bersentuhan dan menerima dakwah dari orang-orang yang telah mengikuti halaqah terlebih dahulu, baik melalui forum-forum umum seperti tabligh, seminar, pelatihan atau dauroh, maupun karena dakwah interpersonal (dakwah fardiyah).

Biasanya peserta halaqah dipimpin dan dibimbing oleh seorang murobbi (pembina). Murobbi disebut juga mentor, pembina, ustadz (guru), mas'ul (penanggung jawab). Murobbi bekerjasama dengan peserta halaqah untuk mencapai tujuan halaqah, yaitu terbentuknya muslim yang Islami dan berkarakter da'i (takwinul syakhsiyah islamiyah wa da'iyah). Dalam mencapai tujuan tersebut, murobbi berusaha agar Lokasi: peserta hadir secara rutin dalam pertemuan halaqah tanpa merasa jemu dan bosan. Kehadiran peserta secara rutin penting artinya dalam menjaga kekompakan halaqah agar tetap produktif untuk mencapai tujuan.

Halaqah sekarang ini - dan insya Allah di masa datang - menjadi alternatif sistem pendidikan Islam yang cukup efektif untuk membentuk muslim berkepribadian Islami (syakhsiyah Islamiyah). Hal ini dapat terlihat dari hasil pembinaannya yang berhasil membentuk sekian banyak muslim yang serius mengenalkan Islam. Jumlah mereka makin lama makin banyak seiring semakin bertambahnya jumlah halaqah yang terbentuk di berbagai kalangan.

Kini, fenomena halaqah menjadi umum dijumpai di lingkungan kaum muslim di mana pun mereka berada. Walau mungkin dengan nama yang berbeda-beda. Penyebaran halaqah yang pesat tak bisa dilepaskan dari keberhasilannya dalam mendidik pesertanya menjadi mukmin yang bertakwa kepada Allah SWT, saat ini halaqah menjadi sebuah alternatif pendidikan keislaman yang masif dan merakyat. Tanpa melihat latar belakang pendidikan, ekonomi, sosial atau budaya pesertanya. Bahkan tanpa melihat apakah seseorang yang ingin mengikuti halaqah tersebut memiliki latar belakang pendidikan agama Islam atau tidak. Halaqah telah menjadi sebuah wadah pendidikan Islam (tarbiyah Islamiyah) yang semakin inklusif saat ini.

Keberadaan halaqah sangat penting untuk keberadaan umat Islam itu sendiri. Dengan terbentuknya kader-kader Islami melalui sistem pendidikan halaqah, maka didalam tubuh umat akan lahir orang-orang yang senantiasa berdakwah kepada kebenaran. Jika jumlah mereka semakin banyak seiring dengan merebaknya sistem halaqah, maka umat Islam akan menjadi sebenar-benarnya umat'. Bukan lagi sekedar bernama 'umat Islam' tapi esensinya jauh dari nilai-nilai Islam seperti yang kita saksikan saat ini.

Dengan merebaknya sistem pendidikan halaqah proses pembentukan umat yang Islami (takwinul ummah) akan mengalami akselerasi, sehingga - Isnya Allah - umat yang benar-benar Islami akan menjadi kenyataan dalam waktu yang lebih cepat. Hal ini akan berdampak pada kehidupan manusia secara menyeluruh yang lebih berpihak pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Merebaknya halaqah juga bermanfaat bagi pengembangan pribadi (self development) para pesertanya. 

Halaqah yang berlangsung secara rutin dengan peserta yang tetap biasanya berlangsung dengan semangat kebersamaan (ukhuwah Islamiyah). Dengan nuansa semacam itu, peserta belajar bukan hanya tentang nilai-nilai Islam, tapi juga belajar untuk bekerjasama, saling memimpin dan dipimpin, belajar disiplin terhadap aturan yang mereka buat bersama, belajar berdiskusi, menyampaikan ide, belajar mengambil keputusan dan juga belajar berkomunikasi. Semua itu sangat penting bagi kematangan pribadi seseorang untuk mencapai tujuan hidupnya. yakni sukses di dunia dan akhirat.

Umat Islam akan mengalami kerugian yang besar jika sistem halaqah tidak berkembang dan penuh. Hal ini karena halaqah merupakan sarana efektif untuk melahirkan kader-kader Islam yang tangguh dan siap berkorban memperjuangkan Islam. Bahkan, mungkin dapat disebut, jika sistem halaqah tumpul dan mandul, maka umat akan mengalami situasi lost generation (kehilangan generasi pelanjut) yang berkarakter Islami.

Pentingnya mempertahankan sistem halaqah dalam mencetak kader-kader Islam yang tangguh sudah teruji dalam perjalanan panjang kehadiran halaqah di berbagai negara. Apalagi sampai saat ini para mufakir (pemikir) da'wah juga belum dapat menemukan sistem alternatif lain yang sama efektifnya dalam mencetak kader Islam yang tangguh seperti yang telah dihasilkan oleh halaqah. Bahkan yang terjadi sebaliknya, kini semakin banyak para da'i dan ulama yang mendukung tarbiyah melalui sistem halaqah. 

Sebagian dari mereka bahkan menulis buku yang menganalisa kehandalan sistem halaqah/usroh dalam mencetak kader-kader Islam. Termasuk menganalisanya dari sisi syar'i, sejarah dan sunah Rasul, Salah seorang pemikir da'wah, Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, mengemukakan pendapatnya tentang sistem halaqah yang tak tergantikan: "Tarbiyah melalui sistem halaqoh merupakan tarbiyah yang sesungguhnya dan tak tergantikan, karena dalam sistem halaqoh inilah didapatkan kearifan, kejelian dan langsung di bawah asuhan seorang murobbi yang ia adalah pemimpin halaqoh itu sendiri. Sedang program-programnya bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya yang diatur dengan jadwal yang sudah dikaji sebelumnya".

Dinamis dan produktif

Seperti diketahui, saat ini kita dapat menjumpai fenomena maraknya halaqah di mana-mana. Baik itu di kampus, sekolah, kantor, pabrik, masjid, maupun di rumah-rumah penduduk. Ini bukan hanya fenomena maraknya halaqah (di beberapa kalangan disebut juga dengan usroh, mentoring, ta'lim, tarbiyah, pengajian kelompok dan lain-lain), merupakan fenomena yang wajar. seiring dengan makin banyaknya orang yang kembali kepada Islam. Halaqah diyakini oleh mereka yang mengikutinya sebagai sarana yang efektif untuk mempelajari dan mengamalkan Islam secara rutin dan konsisten. 

Dahulu, halaqah lebih banyak berjalan secara diam-diam, bahkan rahasia. Namun saat ini, bersamaan dengan datangnya era reformasi, halaqoh menjadi sesuatu yang inklusif dan terbuka. Semua orang Islam bisa mempelajari dan mengikutinya, tanpa ada amniyah (rahasia informasi) yang banyak seperti dulu lagi. Walau begitu, ciri khas halaqah tetap dipertahankan, yaitu peserta yang dikelompokkan menurut tingkat pemahamannya terhadap Islam, jumlah peserta yang dibatasi. tetap, dan tidak berganti-ganti. Dipimpin oleh seorang murobbi, berlangsung rutin, dan dengan materi terpadu.

Pentingnya halaqah meningkatkan produktivitasnya dan berjalan secara dinamis serta menggairahkan tak perlu dipertanyakan lagi. Sebab secara fitrah, manusia memang tidak suka 'berjalan di tempat' dan berada dalam suasana menjemukan. Mereka tak akan betah berlama-lama dalam suasana seperti itu. Padahal di halaqah kita dituntut untuk betah berlama-lama. Hal ini terkait dengan tujuan halaqah sebagai sarana pembelajaran Islam seumur hidup dalam rangka membentuk muslim paripurna. Disinilah letaknya urgensi mengapa halaqah perlu senantiasa meningkatkan produktivitasnya dan meningkatkan suasana yang menggairahkan.


by : tri.win03@yahoo.com




Menjadi Pejuang Cinta, Perindu Surga

Akhirat... 
Seperti sahabat sehati. 
Ia akan terus melambai, bila kita masih jujur padanya. 
Ia akan merindukan kita, bila kita juga merindukannya. 
Ia akan menyiapkan sambutan untuk kita, bila kita masih setia berjalan menuju padanya.

Setia sebagai seorang mukmin pencari cinta sejati.
Cinta yang menghidupkan dan memastikan harapan.

Dunia...
Hanyalah kawan sementara.
Kawan yang menangkar mawar tapi juga durinya,
madu tapi juga racunnya,
manis tapi juga pahitnya.


Memang masih segar dalam memori kita keindahan ramadhan yang belum lama kita lalui. Ketika semua umat Islam di dunia larut dalam keindahannya. Ketika kita menjadi jiwa kita begitu ringan melakukan kebaikan, berlomba-lomba, saling mengingatkan.  Menghiasi waktu dengan tilawah Al Quran, Sholat berjama'ah, Tarawih berjama'ah, Sholat Dhuha, Qiyamul Lail. Begitu semangatnya kita berburu majlis ilmu (lengkap kebahagiaannya dengan ifthor (berbuka) gratis juga tentunya). Begitu ringannya kita berbagi dengan sesama.  Semua larut dalam keindahan dan kerinduan pada Akhirat. Semua menjadi pejuang cinta yang berlomba mencari cinta illah. 

Duhai, bagaimana kabar kita hari ini?

Baru hitungan hari Ramadhan pergi meninggalkan kita. Termasuk yang manakah kita? Apakah diri kita termasuk yang beranggapan setelah ramadhan selesai maka semua otomatis menjadi suci (fitrah) sehingga membiarkan diri lalai, kedekatan dengan Allah yang sudah dibangun tanpa terasa memudar dengan menurunnya ibadah ibadah kita dan akhirnya kita sama dengan sebelum ramadhan. seperti seorang wanita yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.

Ataukah kita termasuk yang istiqomah, merawat kedekatan yang sudah terjalin dengan menjaga semangat dalam ibadah dan kebaikan. Menjadikan bulan bulan setelah ramadhan sebagai ajang pembuktian cinta. Pembuktian bahwa kita bukan hamba Ramadhan yang hanya rajin beribadah ketika ramadhan tetapi kita merupakan Hamba Rabbani yang senantiasa mengingat Allah hingga mati.
Mari kita bertanya sejujurnya.

Semoga kita termasuk diantara yang istiqomah, pejuang cinta sejati yang merindu surga dan setia berjalan menuju padanya.

"Ya Rabb, yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami dalam ketaatan padaMu. Terimalah amal-amal kami, mudahkan kami untuk memperbaiki diri dan memperbanyak ibadah kepadaMu". Aamin......

@Triwin.Istiqomah_DiJlnDakwah !!! SEMaNGAttt.......
Sebuah catatan di penghujung bulan Syawal.