Kita sebagai pribadi Muslim, sepatutnya kita bertanya kepada
diri kita “untuk apa kita diciptakan?”. Pertanyaan ini mungkin ada sebagian
dari kita bisa untuk menjawabnya dan mungkin juga dari sebagian kita tak mampu
untuk menjawab pertanyaan ini bahkan tidak terlintas sedikit pun di benak hal
seperti ini.
Allah menciptakan seluruh makhluknya pasti ada hikmahnya tidak
akan sia-sia. Makhluk yang Allah ciptakan di jagat alam raya ini pasti memiliki
faedah dan hikmahnya. Di antara makhluk Allah itu di antaranya adalah kita,
Manusia.
Ya manusia, manusia diciptakan oleh Allah di muka bumi tidak
sebatas penghias ataupun pelengkap jagat raya akan tetapi Allah menciptakan
manusia agar menjadi khalifah (pengelola) di bumi, langit serta segala isinya
ini. Tugas manusia di jagat raya ini adalah khalifah dalam artian mengelola,
membangun dan melestarikan.
Ketika Allah menciptakan manusia, maka Allah menciptakan
seluruh faktor penunjang dalam rangka melestarikan makhluk yang bernama
manusia. Bumi, langit, lautan, bulan, matahari, siang, malam, dan lain
sebagainya tidak lain Allah ciptakan untuk kepentingan manusia yang memiliki
identitas sebagai khalifah.
Ini merupakan sebagai bukti ke-Maha Rahman-an Allah kepada
makhluknya yang bernama manusia. Hal ini sebagaimana Allah tergaskan dalam
Al-Qur’an:
“Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan menurunkan
air hujan dari langit, kemudian dia mengeluarkan demi air hujan itu buah-buahan
menjadi rizki untukmu, dan Dia telat menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera
bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendakNya, dan Dia telah
menundukkan pula bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan bagimu pula
matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya) dan telah
menundukkan bagimu malam dan siang.” (QS. Ibrahim: 32-33)
Ayat di atas patut kita renungkan bahwasanya langit, bumi
serta isinya dianugerahkan untuk kepentingan kita semua. Mereka (sesuatu yang
ada di langit dan di langit) diciptakan semuanya untuk patuh, tunduk, dan
dipersembahkan untuk melestarikan makhluk yang bernama manusia. Allah
menciptakan hewan, tumbuhan, ikan, burung, barang tambang, minyak, emas dan
lainnya hanya untuk berkhidmat (mengabdi) untuk kepentingan kita sebagai
Khalifah. Begitu besar nikmat yang Allah ciptakan bagi manusia. Maka layak
Allah mengatakan dalam Al-Qur’an:
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat
menghitungnya.” (QS. Ibrahim: 34)
Ketika kita merenungkan bahwa kita adalah makhluk yang
bernama manusia, maka kita akan mendapatkan sebuah kesimpulan bahwasanya
manusia adalah sesuatu bagian terkecil dari alam semesta ini. Di samping
ukurannya yang kecil kalau dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain seperti
gajah, bulan, matahari dan lainnya. Kita perhatikan bahwasanya awal penciptaan
dari nenek moyang pertama kita Nabi Adam AS diciptakan hanya dari tanah.
Makanya wajar pada dasarnya manusia dari segi materi terdiri dari elemen satuan
yang sangat kecil, tidak ada nilainya dan hanya terbuat dari tanah.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Maulana Syekh Yusuf
Qaradhawi dalam bukunya pada dasarnya makhluk yang bernama “manusia” itu
menjadi begitu berharga bahkan sangat berharga sampai-sampai malaikat
melaksanakan sujud kepadanya karena pada diri manusia terdapat “lathiffah
rabbaniyah” (kelembutan Tuhan) atau ruh tiupan Tuhan yang terpancar di
dalamnya. Hal ini sesuai dengan ayat Allah dalam kitab-Nya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:
“sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”. Maka apabila telah
Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)Ku; maka
hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (QS. Shaad: 71-72)
Dari ayat di atas kita dapat menyimpulkan bahwasanya manusia
menjadi berharga, mulia dan memiliki tempat yang terhormat dibanding makhluk
Allah lainnya karena manusia mendapat ruh yang ditiupkan Allah kepadanya.
Potensi ruh yang ditiupkan inilah manusia dijadikan oleh Allah sebagai khalifah
di muka bumi ini. Ketika Allah mengabarkan kepada Malaikat-Nya bahwasanya akan
diciptakan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi, maka malaikat komplain
(tidak terima) dengan kabar itu karena sebagaimana Malaikat ketahui manusia
diciptakan dari tanah, yang tabi’at tanah itu selalu melakukan kerusakan dan
suka menumpahkan darah.
Selanjutnya timbul pertanyaan: “Untuk siapa kita mengabdi?”.
Sebelumnya penulis sudah menjelaskan bahwasanya makhluk Allah yang diciptakan di
muka bumi semuanya untuk mengabdi kepada manusia.
Jawabannya, bahwa kita diciptakan untuk mengabdi kepada sang
Khaliq (pencipta) Allah Azza Wajalla.
Beruntunglah bagi mereka yang mengelola alam semesta dengan
ikhlas dan mengharap ridha Allah bukan ridha manusia semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar